1.
DEDE
ILHAMSYAH
2.
AHMAD
FRAN
3.
ASER
OCTA
4.
M.
RAHMAN
5.
PUTRA
6.
KHAIRUDDIN
NST
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur Penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Adapun makalah ini “tentang sifat-sifat umum
alat ukur”
Terima kasih penulis ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini
termasuk rekan-rekan sekalian yang telah memberikan banyak dukungan kepada
penulis, apabila terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini penulis mohon
maaf.
Demikian makalah ini disampaikan
mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya buat saya dan secara menyeluruh kepada
saudara-saudara / pembaca atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis,
kami ucapkan terima kasih.
Medan, September 2011
Penulis
Ketua
Dede Ilhamsyah
Daftar
isi
Halaman
KATA
PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI
................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................
A.
Latar
Belakang.................................................................... 4
B.
Tujuan................................................................................. 4
C.
Batasan-Batasan.................................................................. 4
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................
A.
Sifat-Sifat
alat ukur
1.
Rantai
Kalibrasi.............................................................. 5
2.
Kepekaan
...................................................................... 5
3.
Kemudahan
baca............................................................. 6
4.
Histerisis......................................................................... 6
5.
Kepasifan....................................................................... 6
6.
Pergeseran...................................................................... 6
7.
Pengambangan
.............................................................. 6
8.
Kestabilan
nol................................................................. 6
B.
Jangka
sorong dan Mikrometer..............................................
1.
Jangka
Sorong................................................................. 7
2.
Mikrometer.....................................................................
9
BAB
III PENUTUP...................................................................................
KESIMPULAN........................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................. 10
Bab
I
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang
Mengingat
betapa pentingnya alat ukur bagi kita, khususnya kita dikalangan teknik,
Apalagi
dalam pengukuran harus dibutuhkan suatu pengetahuan dalam alat-alat ukur itu,
untuk itu kami di sini membuat makalah ini agar saudara-saudara sekalian dapat
mengetahui sifat-sifat umum alat ukur, serta dapat menggunakan alat-alat ukur
itu sesuai dengan manfaat dan fungsinya masing-masing. Apalagi sekarang ini
banyak orang yang sembarangan menggunaakan alat-alat ukur sehingga mempengaruhi
usia dari alat ukur itu sendiri, di mana seharusnya alat ukur itu bisa tahan
lama, tetapi karena prilaku sembarangan ini usia dari alat ukur itu jadi
relatif pendek. Dengan mengetahui sifat-sifat yang terdapat pada alat ukur itu
diharapkan usia dari alat ukur itu jadi lebih lama.
b.
Tujuan
Penulis menulis makalah ini abertujuan untuk :
1.
Diharapkan
saudara-saudara dapat mengetahui sifat-sifat umum alat ukur
2.
Diharapkan
saudara-saudara bisa menjaga dan merawat alat-alat ukur agar usianya lebih lama
3.
Diharapkan
juga saudara-saudara lebih teliti dalam menggunakan alat ukur, dan hendaknya
sebelum melakukan pengukuran terlebih memeriksa alat-alat ukur tersebut
c.
Batasan-batasan
Untuk
mempermudah dan memperjelas masalah sifat-sifat umum alat ukur ini maka
Maka di
sini kami membatasi apa-apa saja yang akan di bahas :
1.
Sifat-sifat
umum alat ukur
2.
Kelemahan
dan kelebihan alat ukur di sini kami hanya menjelaskan dua alat ukur saja yaitu
jangka sorong dan mikrometer
Bab
II
Pembahasan
Bagaimanapun
baiknya atau sempurnanya suatu alat ukur tentu ada kekurangan-kekurangannya
juga. Karena memang di sadari bahwa alat ukur adalah buatan manusia.
Kesempurnaan ada batasnya. Oleh karena itu, bila ada kekurang tepatan dari alat
ukur harus kita maklumi karena hal itu memang merupakan sifat dari alat ukur,
untuk itu perlu juga kita pelajari masalah sifat-sifat alat ukur. Dalam istilah
keteknikan ada beberapa sifat dari alat ukur yang perlu kita ketahui yaitu :
rantai kalibrasi, kepekaan, kemudahan baca, histeris, kepasifan,
kestabilan nol dan pengambangan.
A.
Sifat-Sifat
Alat Ukur
Di sini
akan kami bahas satu per satu sifat-sifat dari alat ukur tersebut
1.
Rantai
kalibrasi
Kadang-kadang alat ukur yang habis dipakai harus
dicek kembali ketepatannya dengan membandingkannya pada alat ukur standar.
Proses seperti ini biasa di sebut istilah kalibrasi. Kalibrasi adalah
mencocokkan harga-harga yang ada pada skala ukur dengan harga-harga standar
atau harga sebenarnya . Sebetulnya, kalibrasi ini tidak saja dilakukan pada
alat-alat ukur yang sudah lama atau habis dipakai, tetapi juga untuk alat-alat
ukur yang baru dibuat. Pemeriksaan alat-alat ukur standar panjang dapat
dilakukan melalui rangkaian sebagai berikut:
Tingkat
1. Pada tingkat ini kalibrasi untuk alat
ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.
Tingkat
2. Pada tingkatan yang kedua, kalibrasi
dilakukan untuk alat ukur standar kerja terhadap
Alat ukur standar.
Tingkat
3. Pada tingkat yang ketiga, dilakukan
kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar
Yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi, misalnya standar nasional.
Tingkat
4. Pada tingkat terakhir ini, dilakukan
kalibrsai standar nasional dengan standar
inter
Nasional.
Dengan urutan-urutan kalibrasi di
atas maka dapat dijamin bahwa alat-alat ukur panjang masih tetap tepat dan
teliti untuk digunakan dalam bengkel kerja. Di samping itu, dengan adanya
rantai kalibrasi di atas dapat dihindari terjadinya pemeriksaan langsung alat
ukur standar kerja dengan standar internasional.
2.
Kepekaan
( Sensitivity )
Kepekaan alat ukur
menyangkut masalah kemampuan dari alat ukur untuk memonitor perbedaan yang
kecil dari harga-harga yang diukur. Kepekaan suatu alat ukur berkaitan erat
dengan sistem mekanisme dari pengubahnya. Makin teliti sistem pengubah mengolah
syarat dari sensor maka makin peka pula alat ukurnya.
3.
Kemudahan
baca ( Readability )
Kalau kepekaan berkaitan erat
dengan sistem penngubah maka kemudahan baca berkaitan erat dengan sistem skala
baca yang dibuat. Jadi, kemampuan alat ukur untuk menunjukkan harga yang jelas
pada skala ukurnya, dapat diartikan sebagai kemudahan baca alat ukur tersebut.
Di sini, pembuatan skala nonius dengan sistem yang lebih terinci memegang
peranan penting dalam masalah kemudahan baca. Akhir-akhir ini sistem penunjuk
digital secara elektronis banyak
digunakan dalam rangka mencari kemudahan baca yang tinggi.
4.
Histerisis
Pada
waktu dilakukan pengukuran sudut benda kerja di atas batang sinus ( sine bar )
atau dengan senter sinus ( sine center ) dengan menggunakan alat ukur
pembanding jam ukur ( dial indicator ) biasanya dilakukan pengukuran
bolak-balik. Bolak-balik di sini artinya jam ukur digerakkan dalam dua arah
yaitu dari titik terendah menuju titik tertinggi dari benda ukur, dan dari
titik tertinggi menuju ke titik terendah. Kalau diperhatikan pengukuran pada
waktu menuju ketitik tertinggi dan kembali ke titik terendah kadang-kadang
terdapat penyimpangan. Penyimpangan yang menjadi sewaktu dilakukan pengukuran
dari titik rendah ( titik nol ) sampai titik tertinggi ( Maksimum ) kemudian
kembali lagi dari titik tertinggi sampai ke titik terendah disebut dengan histerisis.
5.
Kepasifan
Kadang-kadang
sewaktu dilakukan pengukuran terjadi pula bahwa jarum penunjuk skala tidak bergerak
sama sekali pada waktu terjadi perbedaan hanya yang kecil. Atau dapat dikatakan
isyarat yang kecil dari sensor alat ukur tidak menimbulkan perubahan sama
sekali pada jarum penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang sering disebut
dengan kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur.
Untuk
alat ukur mekanis kalaupun terjadi kepasifan atau kelambatan gerak jarum
penunjuknya mungkin disebabkan oleh pngaruh pegas yang sifat elastisnya kurang
sempurna. Pada alat ukur pneumatis juga sering terjadi kepasifan ini misalnya
lambatnya reaksi dari barometer padahal sudah terjadi perubahan tekanan udara.
Hal ini disebabkan volume udaranya terlalu besar akibat dari terlalu panjangnya
pipa hubung sensor dengan ruang perantara.
6.
Pergeseran
( Shifting )
Pergeseran
adalah penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang ditunjukkan pada skala
atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan perubahan
apa-apa. Kejadian inilah sering disebut dengan istilah pergeseran, banyak
terjadi pada alat-alat ukur elektris
yang komponennya sudah tua.
7.
Pengambangan
( Floating )
Kadang-kadang
terjadi pula jarum penunjuk dari alat ukur yang menggunakan posisinya berubah.
Atau kalau penunjuknya dengan sistem digital angka paling kanan atau angka
terakhir berubah-ubah kejadian seperti inilah yang dinamakan pengambangan.
Kepekaan dari alat ukur akan membuat perubahan kecil dari sensor diperbesar
oleh pengubah. Makin peka alat ukur makun besar pula kemungkinan terjadinya
pengambangan. Untuk itu, bila menggunakan alat-alat ukur yang mempumyai jarum
penunjuk pada skalanya atau penunjuk digital harus dihindari adanya kotoran
atau getaran, juga harus digunakan metode pengukuran yang secermat mungkin.
8.
Kestabilan
nol ( zero Stability )
Pada
waktu mengukur dengan jam ukur, kemudian secara tiba-tiba diambil benda
ukurnya, maka seharusnya jarum penunjuk kembali pada posisi nol semula. Akan
tetapi, sering terjadi bahwa jarum penunjuknya tidak kembali ke posisi nol.
Keadaan ini disebut dengan kestabilan nol yang tidak baik. Salah satu penyebab
tidak kembalinya posisi nol adalah adanya keausan pada sistem penggerak jarum
penunjuk.
Denagan
demikian jelaslah bahwa banyak sekali hal-hal yang dapat menimbulkan
penyimpangan dalam pengukuran yang salah satunya di sebabkan oleh dari alat
ukur itu sendiri. Oleh karena itu untuk mengurangi banyaknya penyimpangan perlu
dilakukan pengecekan alat-alat ukur, baik yang belum digunakan lebih-lebih lagi
untuk alat ukur yang sering digunakan. Jadi kalibrasi alat ukur memang sangat
diperllukan, di samping untuk mengecek ketapatan jarum penunjuknya pada skala
juga untuk mengecek sifat-sifat dari alat ukur.
Selain
sifat- sifat dari alat ukur di atas kami juga akan menjelaskan beberapa
kelemahan dan kelebihan alat ukur jangka sorong dan mikrometer dan cara
membacanya,
B. Jangka Sorong dan Mikrometer
1. Jangka Sorong
1.
Jangka
sorong Digunakan untuk mengukur, menguji dan menanda.
2.
Ukuran yang boleh diambil :-
- Diameter Luar
- Diameter Dalam
- Panjang
- Kedalaman
n Mengukur
Diameter Luar
n
Mengukur Diameter Dalam
n Mengukur
Kedalaman
Cara Membaca
jangka sorong
Kelebihan
jangka sorong
¨
cepat & mudah digunakan.
¨
boleh mengukur
panjang saiz yang bebas.
¨
terdapat
2 unit ukuran imperial dan metrik.
¨
mempunyai bahagian-bahagian ukuran yang sesuai dengan tempat yang diukur.
Kelemahan
jangka sorong
¨
tidak berapa tepat setelah lama digunakan (kerusakan pada
alat)
¨
Permukaan ukuran
menjadi haus setelah lama digunakan.
¨
tekanan
ukuran dengan tangan tidak menghasilkan ukuran yang tepat.
2. Mikrometer
n
Digunakan untuk mengukur, menguji dan menanda.
n
Unit ukuran Metrik dan Imperial.
n
Ukuran yang boleh diambil
- Diameter Luar
- Diameter Dalam
- Panjang
- Kedalaman
n
Jenis-Jenis Mikrometer
¨
Mikrometer Luar
¨
Mikrometer
Dalam
¨
Tolok Dalam
Mikrometer
¨
Mikrometer
Benang Skru
Mikrometer Gigi Gear
n
Mikrometer Luar
¨
Digunakan untuk
mengukur bahagian luar bendakerja seperti panjang, lebar, tinggi dan diameter
luar.
Cara Membaca Mikrometer
Bacaan Laras (mm) = 16.00
Bacaan ½ Laras (mm) = 0
Bacaan Bidal (mm) = 0.355
Jumlah = 16.355 mm
n
KELEBIHAN MIKROMETER
¨
ukuran yang
tepat.
¨
boleh
dilaraskan semula jika ukurannya sudah tidak tepat.
¨
mempunyai
pelbagai bentuk
.
n
KELEMAHAN MIKROMETER
¨
lambat untuk
mengambil ukuran.
¨
satu jenis
mikrometer hanya boleh mengukur satu bentuk bahan kerja saja.
¨
memerlukan
penjagaan yang rapi.
BAB
III PENUTUP
KESIMPULAN
Dari Hasil Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seteliti apapun alat ukur
yang kita gunakan pasti masih mempunyai kekurangan dan juga Faktor Ketelitian
dan kecermatan dalam mengeyahui sifat-sifat alat ukur dari si pengukur yang menentukan hasil pengukuran
yang kita lakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Munadi, Sudji ( 1988 ), Dasar-Dasar Metrologi Industri. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar