Selamat datang di blog Dionic watashi...

Selamat datang di blog Dionic watashi.............Salam Solidarity Forever........:)GBU

Kamis, 22 Mei 2014

Sifat - sifat alat ukur



1.      DEDE ILHAMSYAH
2.      AHMAD FRAN
3.      ASER OCTA
4.      M. RAHMAN
5.      PUTRA
6.      KHAIRUDDIN NST





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sesuai dengan waktu yang direncanakan. Adapun makalah ini “tentang sifat-sifat umum alat ukur”
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini termasuk rekan-rekan sekalian yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis, apabila terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini penulis mohon maaf.
Demikian makalah ini disampaikan mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya buat saya dan secara menyeluruh kepada saudara-saudara / pembaca atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis, kami ucapkan terima kasih.


                                                                                          Medan,   September 2011
                                                                                                     Penulis
                  Ketua


                                                                                               Dede Ilhamsyah













Daftar isi
                                                                                    Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................    2
DAFTAR ISI .................................................................................................    3
BAB I          PENDAHULUAN......................................................................
A.     Latar Belakang....................................................................     4
B.     Tujuan.................................................................................    4
C.     Batasan-Batasan..................................................................    4
BAB II         PEMBAHASAN........................................................................
A.     Sifat-Sifat alat ukur
1.      Rantai Kalibrasi..............................................................   5
2.      Kepekaan ......................................................................   5
3.      Kemudahan baca.............................................................  6
4.      Histerisis.........................................................................   6
5.      Kepasifan.......................................................................   6
6.      Pergeseran......................................................................   6
7.      Pengambangan ..............................................................   6
8.      Kestabilan nol.................................................................  6
B.     Jangka sorong dan Mikrometer.............................................. 
1.      Jangka Sorong................................................................. 7
2.      Mikrometer.....................................................................  9
BAB III       PENUTUP...................................................................................
                    KESIMPULAN...........................................................................  10
                    DAFTAR PUSTAKA..................................................................  10
                   













Bab I
Pendahuluan
a.       Latar Belakang
Mengingat betapa pentingnya alat ukur bagi kita, khususnya kita dikalangan teknik,
Apalagi dalam pengukuran harus dibutuhkan suatu pengetahuan dalam alat-alat ukur itu, untuk itu kami di sini membuat makalah ini agar saudara-saudara sekalian dapat mengetahui sifat-sifat umum alat ukur, serta dapat menggunakan alat-alat ukur itu sesuai dengan manfaat dan fungsinya masing-masing. Apalagi sekarang ini banyak orang yang sembarangan menggunaakan alat-alat ukur sehingga mempengaruhi usia dari alat ukur itu sendiri, di mana seharusnya alat ukur itu bisa tahan lama, tetapi karena prilaku sembarangan ini usia dari alat ukur itu jadi relatif pendek. Dengan mengetahui sifat-sifat yang terdapat pada alat ukur itu diharapkan usia dari alat ukur itu jadi lebih lama.


b.      Tujuan
Penulis menulis makalah ini abertujuan untuk :
1.      Diharapkan saudara-saudara dapat mengetahui sifat-sifat umum alat ukur
2.      Diharapkan saudara-saudara bisa menjaga dan merawat alat-alat ukur agar usianya lebih lama
3.      Diharapkan juga saudara-saudara lebih teliti dalam menggunakan alat ukur, dan hendaknya sebelum melakukan pengukuran terlebih memeriksa alat-alat ukur tersebut



c.       Batasan-batasan
Untuk mempermudah dan memperjelas masalah sifat-sifat umum alat ukur ini maka
Maka di sini kami membatasi apa-apa saja yang akan di bahas   :
1.      Sifat-sifat umum alat ukur
2.      Kelemahan dan kelebihan alat ukur di sini kami hanya menjelaskan dua alat ukur saja yaitu jangka sorong dan mikrometer



















Bab II
Pembahasan

Bagaimanapun baiknya atau sempurnanya suatu alat ukur tentu ada kekurangan-kekurangannya juga. Karena memang di sadari bahwa alat ukur adalah buatan manusia. Kesempurnaan ada batasnya. Oleh karena itu, bila ada kekurang tepatan dari alat ukur harus kita maklumi karena hal itu memang merupakan sifat dari alat ukur, untuk itu perlu juga kita pelajari masalah sifat-sifat alat ukur. Dalam istilah keteknikan ada beberapa sifat dari alat ukur yang perlu kita ketahui yaitu  :  rantai kalibrasi, kepekaan, kemudahan baca, histeris, kepasifan, kestabilan nol dan pengambangan.

A.     Sifat-Sifat Alat Ukur
Di sini akan kami bahas satu per satu sifat-sifat dari alat ukur tersebut  
1.      Rantai kalibrasi
Kadang-kadang alat ukur yang habis dipakai harus dicek kembali ketepatannya dengan membandingkannya pada alat ukur standar. Proses seperti ini biasa di sebut istilah kalibrasi. Kalibrasi adalah mencocokkan harga-harga yang ada pada skala ukur dengan harga-harga standar atau harga sebenarnya . Sebetulnya, kalibrasi ini tidak saja dilakukan pada alat-alat ukur yang sudah lama atau habis dipakai, tetapi juga untuk alat-alat ukur yang baru dibuat. Pemeriksaan alat-alat ukur standar panjang dapat dilakukan melalui rangkaian sebagai berikut:

Tingkat 1.  Pada tingkat ini kalibrasi untuk alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.
Tingkat 2.  Pada tingkatan yang kedua, kalibrasi dilakukan untuk alat ukur standar kerja terhadap
                 Alat ukur standar.
Tingkat 3.  Pada tingkat yang ketiga, dilakukan kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar
                 Yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi, misalnya standar nasional.
Tingkat 4.  Pada tingkat terakhir ini, dilakukan kalibrsai standar nasional dengan standar  inter
                  Nasional.

            Dengan urutan-urutan kalibrasi di atas maka dapat dijamin bahwa alat-alat ukur panjang masih tetap tepat dan teliti untuk digunakan dalam bengkel kerja. Di samping itu, dengan adanya rantai kalibrasi di atas dapat dihindari terjadinya pemeriksaan langsung alat ukur standar kerja dengan standar internasional.

2.      Kepekaan ( Sensitivity )
Kepekaan alat ukur menyangkut masalah kemampuan dari alat ukur untuk memonitor perbedaan yang kecil dari harga-harga yang diukur. Kepekaan suatu alat ukur berkaitan erat dengan sistem mekanisme dari pengubahnya. Makin teliti sistem pengubah mengolah syarat dari sensor maka makin peka pula alat ukurnya.

3.      Kemudahan baca ( Readability )
Kalau kepekaan berkaitan erat dengan sistem penngubah maka kemudahan baca berkaitan erat dengan sistem skala baca yang dibuat. Jadi, kemampuan alat ukur untuk menunjukkan harga yang jelas pada skala ukurnya, dapat diartikan sebagai kemudahan baca alat ukur tersebut. Di sini, pembuatan skala nonius dengan sistem yang lebih terinci memegang peranan penting dalam masalah kemudahan baca. Akhir-akhir ini sistem penunjuk digital  secara elektronis banyak digunakan dalam rangka mencari kemudahan baca yang tinggi.

4.      Histerisis
Pada waktu dilakukan pengukuran sudut benda kerja di atas batang sinus ( sine bar ) atau dengan senter sinus ( sine center ) dengan menggunakan alat ukur pembanding jam ukur ( dial indicator ) biasanya dilakukan pengukuran bolak-balik. Bolak-balik di sini artinya jam ukur digerakkan dalam dua arah yaitu dari titik terendah menuju titik tertinggi dari benda ukur, dan dari titik tertinggi menuju ke titik terendah. Kalau diperhatikan pengukuran pada waktu menuju ketitik tertinggi dan kembali ke titik terendah kadang-kadang terdapat penyimpangan. Penyimpangan yang menjadi sewaktu dilakukan pengukuran dari titik rendah ( titik nol ) sampai titik tertinggi ( Maksimum ) kemudian kembali lagi dari titik tertinggi sampai ke titik terendah disebut dengan histerisis.

5.      Kepasifan
Kadang-kadang sewaktu dilakukan pengukuran terjadi pula bahwa jarum penunjuk skala tidak bergerak sama sekali pada waktu terjadi perbedaan hanya yang kecil. Atau dapat dikatakan isyarat yang kecil dari sensor alat ukur tidak menimbulkan perubahan sama sekali pada jarum penunjuknya. Keadaan yang demikian inilah yang sering disebut dengan kepasifan atau kelambatan gerak alat ukur.
Untuk alat ukur mekanis kalaupun terjadi kepasifan atau kelambatan gerak jarum penunjuknya mungkin disebabkan oleh pngaruh pegas yang sifat elastisnya kurang sempurna. Pada alat ukur pneumatis juga sering terjadi kepasifan ini misalnya lambatnya reaksi dari barometer padahal sudah terjadi perubahan tekanan udara. Hal ini disebabkan volume udaranya terlalu besar akibat dari terlalu panjangnya pipa hubung sensor dengan ruang perantara.

6.      Pergeseran ( Shifting )
Pergeseran adalah penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang ditunjukkan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor tidak melakukan perubahan apa-apa. Kejadian inilah sering disebut dengan istilah pergeseran, banyak terjadi pada  alat-alat ukur elektris yang komponennya sudah tua.

7.      Pengambangan ( Floating )
Kadang-kadang terjadi pula jarum penunjuk dari alat ukur yang menggunakan posisinya berubah. Atau kalau penunjuknya dengan sistem digital angka paling kanan atau angka terakhir berubah-ubah kejadian seperti inilah yang dinamakan pengambangan. Kepekaan dari alat ukur akan membuat perubahan kecil dari sensor diperbesar oleh pengubah. Makin peka alat ukur makun besar pula kemungkinan terjadinya pengambangan. Untuk itu, bila menggunakan alat-alat ukur yang mempumyai jarum penunjuk pada skalanya atau penunjuk digital harus dihindari adanya kotoran atau getaran, juga harus digunakan metode pengukuran yang secermat mungkin.

8.      Kestabilan nol ( zero Stability )
Pada waktu mengukur dengan jam ukur, kemudian secara tiba-tiba diambil benda ukurnya, maka seharusnya jarum penunjuk kembali pada posisi nol semula. Akan tetapi, sering terjadi bahwa jarum penunjuknya tidak kembali ke posisi nol. Keadaan ini disebut dengan kestabilan nol yang tidak baik. Salah satu penyebab tidak kembalinya posisi nol adalah adanya keausan pada sistem penggerak jarum penunjuk.
Denagan demikian jelaslah bahwa banyak sekali hal-hal yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam pengukuran yang salah satunya di sebabkan oleh dari alat ukur itu sendiri. Oleh karena itu untuk mengurangi banyaknya penyimpangan perlu dilakukan pengecekan alat-alat ukur, baik yang belum digunakan lebih-lebih lagi untuk alat ukur yang sering digunakan. Jadi kalibrasi alat ukur memang sangat diperllukan, di samping untuk mengecek ketapatan jarum penunjuknya pada skala juga untuk mengecek sifat-sifat dari alat ukur.

Selain sifat- sifat dari alat ukur di atas kami juga akan menjelaskan beberapa kelemahan dan kelebihan alat ukur jangka sorong dan mikrometer dan cara membacanya,

B.      Jangka Sorong  dan Mikrometer

1. Jangka Sorong

1.      Jangka sorong Digunakan untuk mengukur, menguji dan menanda.
2.      Ukuran yang boleh diambil :-
                        -  Diameter Luar
                        -  Diameter Dalam
                        -  Panjang
                        -  Kedalaman
n  Mengukur Diameter Luar








n  Mengukur Diameter Dalam









n  Mengukur Kedalaman














Cara Membaca jangka sorong





Kelebihan jangka sorong
¨  cepat & mudah digunakan.
¨   boleh mengukur panjang saiz yang bebas.
¨   terdapat 2 unit ukuran imperial dan metrik.
¨   mempunyai bahagian-bahagian ukuran yang    sesuai dengan tempat yang diukur.
Kelemahan jangka sorong
¨  tidak berapa tepat setelah lama digunakan (kerusakan pada alat)
¨   Permukaan ukuran menjadi haus setelah lama digunakan.
¨   tekanan ukuran dengan tangan tidak menghasilkan ukuran yang tepat.


2. Mikrometer
n  Digunakan untuk mengukur, menguji dan menanda.
n  Unit ukuran Metrik dan Imperial.
n  Ukuran yang boleh diambil
-  Diameter Luar
             -  Diameter Dalam
              -  Panjang
             -  Kedalaman
n   Jenis-Jenis Mikrometer
¨   Mikrometer Luar
¨   Mikrometer Dalam
¨   Tolok Dalam Mikrometer
¨   Mikrometer Benang Skru
                            Mikrometer Gigi Gear
n  Mikrometer Luar
¨   Digunakan untuk mengukur bahagian luar bendakerja seperti panjang, lebar, tinggi dan diameter luar.
                                                                        
Cara Membaca Mikrometer
 
Bacaan Laras (mm) = 16.00
Bacaan ½ Laras (mm) = 0
Bacaan Bidal (mm) = 0.355
Jumlah = 16.355 mm

n  KELEBIHAN MIKROMETER
¨   ukuran yang tepat.
¨   boleh dilaraskan semula jika ukurannya sudah tidak tepat.
¨   mempunyai pelbagai bentuk
.

n  KELEMAHAN MIKROMETER
¨   lambat untuk mengambil ukuran.
¨   satu jenis mikrometer hanya boleh mengukur satu bentuk bahan kerja saja.
¨   memerlukan penjagaan yang rapi.

BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
               Dari Hasil Uraian di atas dapat  disimpulkan bahwa seteliti apapun alat ukur yang kita gunakan pasti masih mempunyai kekurangan dan juga Faktor Ketelitian dan kecermatan dalam mengeyahui sifat-sifat alat ukur dari  si pengukur yang menentukan hasil pengukuran yang kita lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Munadi, Sudji ( 1988 ), Dasar-Dasar Metrologi Industri. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar