Selamat datang di blog Dionic watashi...

Selamat datang di blog Dionic watashi.............Salam Solidarity Forever........:)GBU

Kamis, 24 November 2011


MOMENTUM SUDUT DAN  ROTASI BENDA TEGAR
 


Gerbang
Pernahkah Kamu  melihat  permainan roller coaster di pekan raya? Kereta meluncur dan berputar menurut sumbu putaran tertentu. Pernahkah Kamu melihat katrol? Sebuah alat yang dapat berputar dan memberikan keuntungan mekanik. Benda yang berotasi pasti ada momen gaya yang bekerja pada benda itu.
Gambar:
Katrol
 
              


A. Momen Gaya

Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai titik acuan. Misalnya anak yang bermain jungkat-jungkit, dengan titik acuan adalah poros jungkat-jungkit. Pada katrol yang berputar karena bergesekan dengan tali yang ditarik dan dihubungkan dengan beban.              
Momen gaya adalah hasil kali gaya dan jarak terpendek arah garis kerja terhadap titik tumpu. Momen gaya sering disebut dengan momen putar atau torsi, diberi lambang t (baca: tau).

Text Box: Gambar:
Menarik beban menggunakan katrol                                    t = F . d

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule.
Momen gaya yang menyebabkan putaran benda searah putaran jarum jam disebut momen gaya positif. Sedangkan yang menyebabkan putaran benda berlawanan arah putaran jarum jam disebut momen gaya negatif.
Gambar:
Skema permainan jungkat jungkit
 
 




 

Titik 0 sebagai titik poros atau titik acuan.
Momen gaya oleh F1 adalah t1 = + F1 . d1
Momen gaya oleh F2 adalah t2 = - F2 . d2

Pada sistem keseimbangan resultan momen gaya selalu bernilai nol, sehingga dirumuskan:

 t = 0
Pada permainan jungkat-jungkit dapat diterapkan resultan momen gaya = nol.
      t             = 0
- F2 . d2  + F1 . d1            = 0
                 F1 . d1            = F2 . d2
Pada mekanika dinamika untuk translasi dan rotasi banyak kesamaan-kesamaan besaran yang dapat dibandingkan simbol besarannya.
Perbandingan dinamika translasi dan rotasi
Translasi
Rotasi
Momentum linier
p = mv
Momentum sudut*
L = Iw
Gaya
F = dp/dt
Torsi
t = dL/dt
Benda massa
Konstan

F = m(dv/dt)
Benda momen
inersia konstan*
t = I (dw/dt)
Gaya tegak lurus
terhadap momentum

F = w x p
Torsi tegak lurus
momentum sudut
t = W ´ L
Energi kinetik
Ek = ½ mv2
Energi kinetik
Ek = ½ Iw2
Daya
P = F . v
Daya
P = t . w

Analogi antara besaran translasi dan besaran rotasi

Konsep
Translasi
Rotasi
Catatan
Perubahan sudut
s
q
s = r.q
Kecepatan
v = ds/dt
w = dq/dt
v = r.w
Percepatan
a = dv/dt
a = dw/dt
a = r.a
Gaya resultan, momen
F
t
t = F.r
Keseimbangan
F = 0
t = 0

Percepatan konstan       
v = v0 + at
w = w0 + at

s = v0t = ½ at2
q = w0t + ½at2

v2 = + 2as
w2 = + 2aq

Massa, momen kelembaman
m
I
I = åmiri2
Hukum kedua Newton
F = ma
t = Ia

Usaha
W = ò F ds
W = ò t dq

Daya
P = F.v
P = I w

Energi potensial
Ep = mgy


Energi kinetik
Ek = ½ mv2
Ek = ½ Iw2

Impuls
ò F dt
ò t dt

Momentum
P = mv
L = Iw


 Momen Inersia Rotasi Benda Tegar

Benda tegar adalah benda padat yang tidak berubah bentuk apabila dikenai gaya luar. Dalam dinamika, bila suatu benda tegar berotasi, maka semua partikel di dalam benda tegar tersebut memiliki percepatan sudut a yang sama. Momen gaya atau gaya resultan gerak rotasi t didefinisikan sebagai berikut.
”Apabila sebuah benda tegar diputar terhadap suatu sumbu tetap, maka resultan gaya putar (torque, baca torsi) luar terhadap sumbu itu sama dengan hasil kali momen inersia benda itu terhadap sumbu dengan percepatan sudut”.
Dirumuskan sebagai berikut.
t = S Fi Ri Sin qi         atau     t = ( S mi R2 i ) . a
Smi Ri2 disebut momen inersia atau momen kelembaman benda terhadap sumbu putar, yaitu penjumlahan hasil kali massa tiap partikel dalam suatu benda tegar dengan kuadrat jaraknya dari sumbu.
Dirumuskan:
I = S  mi . Ri2
Definisi lain dari momen inersia adalah perbandingan gaya resultan (momen) terhadap percepatan sudut.
Dirumuskan:
I           =         
maka    t          =          I . a
t          =          I
Karena             t          =          SF . R              dan      t = I . a
maka                                        S F . R = I . a
Percepatan tangensial adalah juga percepatan linier a, yaitu percepatan singgung tepi roda.
            a          =          a . R
            a          =         
persamaan menjadi :
                        S F . R = I .
Momen inersia harus dinyatakan sebagai hasil kali satuan massa dan kuadrat satuan jarak. Untuk menghitungnya harus diperhatikan bentuk geometri dari benda tegar homogen
Momen inersia berbagai benda yang umum dikenal

 


















I = ½ M (R12 + R22)         I = 1/3 MR2                      I = MR2                               I = 2/5 MR2                        I = 2/3 MR2

Contoh:
Empat buah partikel seperti ditunjukkan pada gambar dihubungkan oleh sebuah batang kaku ringan yang massanya dapat diabaikan. Tentukan momen inersia sistem partikel terhadap proses:
sumbu AA1,

sumbu BB1!

Penyelesaian:
I = Σ mi . Ri2
  = m1 R12 + m2 . R22 + m3 R32 + m4 R42
  = 1 . 02 + 2 . 22 + 1 . 42 + 3 . 62
  = 0 + 8 + 16 + 108
I = 132 kg m2

I = Σ mi Ri2
  = m1 R12 + m2 R22 + m3 R32 + m4 R42
  = 1 . 42 + 2 . 22 + 1 . 02 + 3 . 22
  =   16   +    8    +    0     +   12
I = 36 kg m2
Empat buah partikel massanya 1kg, 2 kg, 2 kg, 3 kg seperti ditunjukkan pada gambar, dihubungkan oleh rangka melingkar ringan jari-jari 2 meter yang massanya dapat diabaikan.
Tentukan momen inersia sistem terhadap poros melalui pusat lingkaran dan tegak lurus pada bidang kertas!

A





A’
Berapa besar momen gaya harus dikerjakan pada sistem untuk memberikan suatu percepatan µ terhadap poros ini (µ = 4 )?
Ulangi pertanyaan (a) dan (b) untuk poros AA1!
Penyelesaian:
I = Σ mi Ri2 = m1 R12 + m2 R22 + m3 R32 + m4 R42
            = 3 . 22 + 2 . 22 + 1 . 22 + 2 . 22
            = 12 + 8 + 4 + 8
            = 32 kg m2
τ = I . µ = 32 . 4 = 128 N.m
I = m2 R12 + m2 R22 + m2 R22 + m3 R32 + m4R42

Sebuah benda sistem yang terdiri atas dua bola dengan massa masing- masing      5 kg dihubungkan oleh sebuah batang kaku yang panjangnya 1 m. Bola dapat diperlakukan sebagai partikel dan massa batang 2 kg. Tentukan momen inersia sistem terhadap sumbu yang tegak lurus batang dan melalui                                                            
Oval: A

Oval: Bpusat 0,                                                                            O    

salah satu bola!
L = 1 m
    
Penyelesaian:
I = Σ mi Ri2
            I = mA . RA2 +  mB . RB2 + 1/12 m . L2
            I = 5 . (0,5)2 + 5 . (0,5)2 + 1/12 . 2 . 12
            I = 5 . 0,25 + 5 . 0,25 + 1/6
            I = 2,5 + 1/6
I = 5/2 + 1/6 =                = 16/6
            I = 8/3 kg m2
b.   I =  Σ mi Ri2
            I = mA.RA2 + Mb.RB2 + 1/3 .m.l2
            I = 0 + 5 . 12 + 1/3 . 2.12
            I = 5 + 2/3
            I = 5  kg m2

C. Persamaan Lain Gerak Rotasi Benda Tegar

Dalam dinamika, bila suatu benda berotasi terhadap sumbu inersia utamanya, maka momentum sudut total L sejajar dengan kecepatan sudut w, yang selalu searah sumbu rotasi. Momentum sudut (L) adalah hasil kali momen kelembaman I dan kecepatan sudut w.
Sehingga dapat dirumuskan :
L   =   I . w
Bagaimana persamaan tersebut diperoleh? Perhatikan gambar berikut. Momentum sudut terhadap titik 0 dari sebuah partikel dengan massa m yang bergerak dengan kecepatan V (memiliki momentum P = mv) didefinisikan dengan perkalian vektor,
L  =  R  ´ P
atau     L  =  R  ´ mV
L  =  mR  ´ V

 










                                                         
Jadi momentum sudut adalah suatu vektor yang tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh R dan v.
Dalam kejadian gerak melingkar dengan 0 sebagai pusat lingkaran, maka vektor R dan v saling tegak lurus.
V         =          w   R
Sehingga         L          =          m   R   v
            L          =          m   R   wR      
            L          =          m   R2   w        
Arah L dam w adalah sama, maka:
            L          =          m   R2  w                                
atau     L          =          I    w
karena  w =
maka :  L          =          m R2
            L          =          I          
Momentum sudut sebuah partikel, relatif terhadap titik tertentu adalah besaran vektor, dan secara vektor ditulis:
L          =          R  ´  P  =  m  (R ´ v)
Bila diturunkan, menjadi:
           
           
           
           
karena t = F ´ R
maka t =
            Apabila suatu sistem mula-mula mempunyai memontum sudut total SL, dan sistem mempunyai momentum sudut total akhir SL’, setelah beberapa waktu, maka berlaku hukum kekekalan momentum sudut. Perhatikan seorang penari balet yang menari sambil berputar dalam dua keadaan yang berbeda. Pada keadaan pertama, penari merentangkan tangan mengalami putaran yang lambat, sedangkan pada keadaan kedua, penari bersedekap tangan roknya berkibar-kibar dengan putaran yang cepat.
                       
momentum sudut total awal   =    momentul sudut total akhir
            SL       =          SL’
            L1 + L2                =          L1’ + L2
Hukum Kekekalan momentum rotasi sebagai berikut.
            I1 w1 + I2 w2      =          I1w1  + I2w2

D. Energi Kinetik Rotasi
Misalkan sebuah sistem terdiri atas dua partikel yang massanya m1 dan m2 dan rotasi bergerak dengan kecepatan linier v1 dan v2, maka energi kinetik partikel ke 1 adalah ½ m1v12. Oleh karena itu, energi kinetik sistem dua partikel itu adalah (energi kinetik partikel  ke 2  adalah ½ m2v22 ) :
EK          =          ½ m1 v12 + ½ m2v22
Dalam sistem benda tegar energi kinetiknya:
EK          =          S ½ mi vi2
Benda tegar yang berotasi terhadap suatu sumbu dengan kecepatan sudut w, kecepatan tiap partikel adalah vi = w . Ri , di mana Ri adalah jarak partikel ke sumbu rotasi.
jadi      EK          =             S ½ mivi2
                        =          S  ½ mi Ri2 w2
                        =          ½ (S mi Ri2) w2
            EK          =          ½ I . w2
karena L          =          I . w
maka    EK          =          ½ L . w
atau     EK          =          ½   

Masalah umum di mana benda tegar berotasi terhadap sebuah sumbu yang melalui pusat massanya dan pada saat yang sama bergerak translasi relatif terhadap seorang pengamat. Karena itu, energi kinetik total benda dapat dituliskan sebagai berikut.
EK          =          ½  mv2  +  ½  I . w2
Dalam hal ini hukum kekekalan energi total atau energi mekanik adalah:
E          =          EK  +  EP             =          konstan
½  mv2  +  ½  I w2  +  mgh      =          konstan
Contoh:
Sebuah silinder pejal homogen dengan jari-jari R dan massa m, yang berada di puncak bidang miring, menggelinding menuruni bidang miring seperti tampak pada gambar. Buktikanlah kecepatan liniear pusat massa ketika tiba di dasar bidang miring adalah      V =
dengan menggunakan hukum kekekalan energi,
dengan menggunakan hukum II dinamika rotasi!

Penyelesaian

Jawab:
                      v1 = 0, w1 = 0


                                                s
h



a.         Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2
(½ m v12 + ½ I w12) + mgh1   =   ( ½  mv22 + ½ I w22) + mgh2
0       +        0      + mgh    = ½ mv2 + ½ . ½ mR2 (      )2 + 0
     gh  = ½ v2 + ¼. R2 . v/r 
     gh  = ¾ v2
      v2   =   gh
                                     v  =     (terbukti)
hukum II dinamika rotasi
Σ F = m . a
m g .  - ½ m . a = m . a
=   a
a = .
v2 = vo2 + 2 a s
v2 = 02 + 2.      . s
v2 = gh
v   =     (terbukti)

Menghitung Momen Inersia/Kelembaman Benda-benda Homogen
Batang homogen (panjang 1, massa m, penampang A)
Momen kelembaman terhadap sumbu melalui ujung batang  (O) tegak  lurus penampang batang.
 





Massa jenis batang
Kita ambil bagian kecil dx yang jaraknya x dari ujung O massa bagian itu:
dm       =          r.dV
dm       =          r A  dx
dm       =         
dm       =         

momen inersia batang :
I           =         
I           =         
I           =         
I           =         
I           =         
I           =          1/3   ml2

Momen kelembaman batang terhadap titik beratnya (z)

 





maka:   I           =         
            I           =         
            I           =         
            I           =         
            I           =          1/3
            I           =          1/3
            I           =          1/12   m  12

Batang tipis (tanpa tebal) bentuk lingkaran (massa m)
Momen kelembamannya terhadap sumbu rotasi melalui pusat lingkaran tegak lurus bidang lingkaran.
 







Momen kelembaman terhadap garis tengah sebagai sumbu rotasi
 







Keping (plat) berbentuk lingkaran (massa m)
Momen kelembaman terhadap sumbu rotasi melalui pusat lingkaran tegak lurus keping.
 








Momen kelembaman terhadap garis tengah sebagai sumbu rotasi
 







Keping berbentuk segi empat
Keping tipis dengan panjang a dan lebar b, massa m sumbu x sejajar a dan sumbu y sejajar b.
 






Silinder pejal homogen
Momen kelembaman terhadap sumbu silinder sebagai sumbu rotasi:

I = ½  mR2


Silinder berongga homogen
Momen kelembaman terhadap sumbu silinder sebagai sumbu rotasi:

I = ½  m  ( R12 + R22 )



Bola pejal homogen
Momen kelembaman terhadap garis tengahnya sebagai sumbu rotasi:
R
 
I =  2/5  mR2
 



Contoh:
1. Tentukan momen inersia batang yang berputar pada poros berjarak ¼ l dari ujung titik 0
   O
         -1/4 l                 +3/4 l
Penyelesaian:
 I =                              ®        dm =  . dx
           
            I =                      =                              
                        I =                      
                        I =   .  . 
                        I =   .  .
I =   . ..l 3
I = m  ..l 2
I =  m .l 2
2. Tentukan momen inersia bola pejal!
Jawab:

massa bola m
volume bola V = 4/3 p R3
massa keping = dm
volume keping = dV = pr2 dx
 
dm =  dV
dm =               
 

dm = ¾                               dx

d I = ½ r2 dm
 

             =                               .  (R2 - x2) dx
            I - 0 = 
            I      = 
            I      = 
            I      = 
            I      = 
            I      = 
            I      =  m.R2

3.         mencari momen kelembaban silinder pejal

                                                                                                  




massa = m
volume = V = p R2 l
massa selubung = dm
volume selubung = dv = 2 p r l dr
dm =  dV
dm =  dr
dm =  dr

d I =  r2 dm
d I =  r2 .  dr
     = dr
I – 0 =              
I =               
I =
I = ½ m R2


F.  Katrol Tetap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar