MOMENTUM SUDUT
DAN ROTASI BENDA TEGAR
![]() |
Gerbang

|

A. Momen
Gaya

Momen gaya adalah hasil kali gaya dan jarak terpendek arah
garis kerja terhadap titik tumpu. Momen gaya sering disebut dengan momen putar
atau torsi, diberi lambang t (baca: tau).

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara
dengan joule.
Momen gaya yang menyebabkan putaran benda searah putaran
jarum jam disebut momen gaya positif. Sedangkan yang menyebabkan putaran benda
berlawanan arah putaran jarum jam disebut momen gaya negatif.
![]() |
|||
|
|||
Titik 0 sebagai titik poros atau titik acuan.
Momen gaya oleh F1 adalah t1 = + F1
. d1
Momen gaya oleh F2 adalah t2 = - F2
. d2
Pada sistem keseimbangan resultan momen gaya selalu bernilai
nol, sehingga dirumuskan:
∑ t = 0
Pada permainan jungkat-jungkit dapat diterapkan resultan
momen gaya = nol.
∑ t = 0
- F2 . d2
+ F1 . d1 =
0
F1
. d1 = F2
. d2
Pada mekanika dinamika untuk translasi dan rotasi banyak
kesamaan-kesamaan besaran yang dapat dibandingkan simbol besarannya.
Perbandingan dinamika translasi dan rotasi
Translasi
|
Rotasi
|
||
Momentum linier
|
p = mv
|
Momentum sudut*
|
L = Iw
|
Gaya
|
F = dp/dt
|
Torsi
|
t = dL/dt
|
Benda massa
Konstan
|
F = m(dv/dt)
|
Benda momen
inersia konstan*
|
t = I (dw/dt)
|
Gaya tegak lurus
terhadap momentum
|
F = w x p
|
Torsi tegak lurus
momentum sudut
|
t = W ´ L
|
Energi kinetik
|
Ek = ½ mv2
|
Energi kinetik
|
Ek = ½ Iw2
|
Daya
|
P = F . v
|
Daya
|
P = t . w
|
Analogi antara besaran translasi dan besaran rotasi
Konsep
|
Translasi
|
Rotasi
|
Catatan
|
Perubahan
sudut
|
s
|
q
|
s = r.q
|
Kecepatan
|
v = ds/dt
|
w = dq/dt
|
v = r.w
|
Percepatan
|
a = dv/dt
|
a = dw/dt
|
a = r.a
|
Gaya
resultan, momen
|
F
|
t
|
t = F.r
|
Keseimbangan
|
F = 0
|
t = 0
|
|
![]()
Percepatan
konstan
|
v = v0
+ at
|
w = w0 + at
|
|
s = v0t
= ½ at2
|
q = w0t + ½at2
|
|
|
v2
=
![]() |
w2 =
![]() |
|
|
Massa,
momen kelembaman
|
m
|
I
|
I = åmiri2
|
Hukum
kedua Newton
|
F = ma
|
t = Ia
|
|
Usaha
|
W = ò F ds
|
W = ò t dq
|
|
Daya
|
P = F.v
|
P = I w
|
|
Energi
potensial
|
Ep
= mgy
|
|
|
Energi
kinetik
|
Ek
= ½ mv2
|
Ek
= ½ Iw2
|
|
Impuls
|
ò F dt
|
ò t dt
|
|
Momentum
|
P = mv
|
L = Iw
|
|
Momen Inersia Rotasi Benda Tegar
Benda tegar adalah benda padat yang tidak berubah bentuk
apabila dikenai gaya luar. Dalam dinamika, bila suatu benda tegar berotasi,
maka semua partikel di dalam benda tegar tersebut memiliki percepatan sudut a yang
sama. Momen gaya atau gaya resultan gerak rotasi t
didefinisikan sebagai berikut.
”Apabila sebuah benda tegar diputar terhadap suatu sumbu
tetap, maka resultan gaya putar (torque, baca torsi) luar terhadap sumbu itu
sama dengan hasil kali momen inersia benda itu terhadap sumbu dengan percepatan
sudut”.
Dirumuskan sebagai berikut.
t = S Fi Ri
Sin qi
atau t = ( S mi
R2 i ) . a
Smi
Ri2 disebut momen inersia atau momen kelembaman benda
terhadap sumbu putar, yaitu penjumlahan hasil kali massa tiap partikel dalam
suatu benda tegar dengan kuadrat jaraknya dari sumbu.
Dirumuskan:
I = S mi .
Ri2
Definisi lain dari momen inersia adalah perbandingan gaya
resultan (momen) terhadap percepatan sudut.
Dirumuskan:
I = 

maka t = I . a
t = I 

Karena t = SF . R dan t = I . a
maka S F .
R = I . a
Percepatan tangensial adalah juga percepatan linier a, yaitu
percepatan singgung tepi roda.
a = a . R
a = 

persamaan menjadi :
S F .
R = I .

Momen inersia harus dinyatakan sebagai hasil kali satuan
massa dan kuadrat satuan jarak. Untuk menghitungnya harus diperhatikan bentuk
geometri dari benda tegar homogen
Momen inersia berbagai benda yang umum dikenal
Momen inersia berbagai benda yang umum dikenal

I = ½ M (R12
+ R22) I =
1/3 MR2 I
= MR2 I
= 2/5 MR2 I
= 2/3 MR2
Contoh:
Empat buah partikel seperti ditunjukkan pada gambar dihubungkan
oleh sebuah batang kaku ringan yang massanya dapat diabaikan. Tentukan momen
inersia sistem partikel terhadap proses:
sumbu AA1,
![]() |
sumbu BB1!
![]() |
![]() |
Penyelesaian:
I = Σ
mi . Ri2
= m1 R12
+ m2 . R22 + m3 R32
+ m4 R42
= 1 . 02
+ 2 . 22 + 1 . 42 + 3 . 62
= 0 + 8 + 16 + 108
I = 132 kg m2
I = Σ mi
Ri2
= m1 R12
+ m2 R22 + m3 R32
+ m4 R42
= 1 . 42 +
2 . 22 + 1 . 02 + 3 . 22
= 16
+ 8 + 0 +
12
I = 36 kg m2
Empat buah partikel massanya 1kg, 2 kg, 2 kg, 3 kg seperti
ditunjukkan pada gambar, dihubungkan oleh rangka melingkar ringan jari-jari 2
meter yang massanya dapat diabaikan.
Tentukan momen inersia sistem terhadap poros melalui pusat
lingkaran dan tegak lurus pada bidang kertas!

![]() |
A
A’
Berapa besar momen gaya harus dikerjakan pada sistem untuk
memberikan suatu percepatan µ terhadap poros ini (µ = 4
)?

Ulangi pertanyaan (a) dan (b) untuk poros AA1!
Penyelesaian:
I = Σ mi Ri2 = m1 R12
+ m2 R22 + m3 R32
+ m4 R42
= 3 . 22 + 2 . 22 +
1 . 22 + 2 . 22
= 12 + 8 + 4 + 8
= 32 kg m2
τ = I . µ = 32 . 4 = 128 N.m
I = m2 R12 + m2 R22
+ m2 R22 + m3 R32
+ m4R42
Sebuah benda sistem yang terdiri atas dua bola dengan massa
masing- masing 5 kg dihubungkan oleh
sebuah batang kaku yang panjangnya 1 m. Bola dapat diperlakukan sebagai
partikel dan massa batang 2 kg. Tentukan momen inersia sistem terhadap sumbu
yang tegak lurus batang dan melalui


![]() |

![]() |
salah satu bola!


Penyelesaian:
I = Σ
mi Ri2
I = mA
. RA2 + mB
. RB2 + 1/12 m . L2
I = 5 .
(0,5)2 + 5 . (0,5)2 + 1/12 . 2 . 12
I = 5 .
0,25 + 5 . 0,25 + 1/6

I = 5/2 + 1/6 = = 16/6
I = 8/3 kg
m2
b. I = Σ
mi Ri2
I = mA.RA2
+ Mb.RB2 + 1/3 .m.l2
I = 0 + 5 .
12 + 1/3 . 2.12
I = 5 + 2/3
I = 5
kg m2

C. Persamaan
Lain Gerak Rotasi Benda Tegar
Dalam dinamika, bila suatu benda berotasi terhadap sumbu
inersia utamanya, maka momentum sudut total L sejajar dengan kecepatan sudut w,
yang selalu searah sumbu rotasi. Momentum sudut (L) adalah hasil kali momen
kelembaman I dan kecepatan sudut w.
Sehingga dapat dirumuskan :


Bagaimana persamaan tersebut diperoleh? Perhatikan gambar berikut.
Momentum sudut terhadap titik 0 dari sebuah partikel dengan massa m yang
bergerak dengan kecepatan V (memiliki momentum P = mv) didefinisikan dengan
perkalian vektor,









L = mR ´ V

Jadi momentum sudut adalah suatu vektor yang tegak lurus terhadap
bidang yang dibentuk oleh R dan v.
Dalam kejadian gerak melingkar dengan 0 sebagai pusat
lingkaran, maka vektor R dan v saling tegak lurus.
V = w R
Sehingga L = m R v
L = m R wR
L = m R2
w
Arah L dam w adalah sama, maka:
L = m R2 w
atau L = I w
karena w = 

maka : L = m
R2 

L = I 

Momentum sudut sebuah partikel, relatif terhadap titik
tertentu adalah besaran vektor, dan secara vektor ditulis:
L = R
´ P
= m (R ´ v)
Bila diturunkan, menjadi:




karena t = F ´ R
maka t = 

Apabila
suatu sistem mula-mula mempunyai memontum sudut total SL, dan sistem mempunyai
momentum sudut total akhir SL’, setelah beberapa waktu, maka berlaku hukum kekekalan
momentum sudut. Perhatikan seorang penari
balet yang menari sambil berputar dalam dua keadaan yang berbeda. Pada keadaan
pertama, penari merentangkan tangan mengalami putaran yang lambat, sedangkan
pada keadaan kedua, penari bersedekap tangan roknya berkibar-kibar dengan
putaran yang cepat.

momentum sudut total awal
= momentul sudut total akhir
SL = SL’
L1
+ L2 = L1’ + L2’
Hukum Kekekalan momentum rotasi sebagai berikut.
I1
w1
+ I2 w2 = I1’
w1’ + I2’ w2’
D. Energi Kinetik Rotasi
Misalkan sebuah sistem terdiri atas dua partikel yang
massanya m1 dan m2 dan rotasi bergerak dengan kecepatan
linier v1 dan v2, maka energi kinetik partikel ke 1
adalah ½ m1v12. Oleh karena itu, energi
kinetik sistem dua partikel itu adalah (energi kinetik partikel ke 2 adalah ½ m2v22
) :
EK = ½ m1 v12
+ ½ m2v22
Dalam sistem benda tegar energi kinetiknya:
EK = S ½ mi vi2
Benda tegar yang berotasi terhadap suatu sumbu dengan
kecepatan sudut w,
kecepatan tiap partikel adalah vi = w . Ri , di mana
Ri adalah jarak partikel ke sumbu rotasi.
jadi EK = S ½ mivi2
= S ½ mi Ri2 w2
= ½ (S mi Ri2)
w2
EK = ½ I . w2
karena L = I
. w
maka EK = ½ L . w
atau EK = ½

Masalah umum di mana benda tegar berotasi terhadap sebuah
sumbu yang melalui pusat massanya dan pada saat yang sama bergerak translasi
relatif terhadap seorang pengamat. Karena itu, energi kinetik total benda dapat
dituliskan sebagai berikut.
EK = ½
mv2 + ½ I . w2
Dalam hal ini hukum kekekalan energi total atau energi
mekanik adalah:
E = EK + EP = konstan
½ mv2 +
½ I w2 + mgh = konstan
Contoh:
Sebuah silinder pejal homogen dengan jari-jari R dan massa m,
yang berada di puncak bidang miring, menggelinding menuruni bidang miring
seperti tampak pada gambar. Buktikanlah
kecepatan liniear pusat massa ketika tiba di dasar bidang miring adalah V =

dengan menggunakan hukum kekekalan energi,
dengan menggunakan hukum II dinamika rotasi!
Penyelesaian


s
h

a. Ek1
+ Ep1 = Ek2 + Ep2

0 + 0 + mgh = ½
mv2 + ½ . ½ mR2 (
)2 + 0
gh = ½ v2 + ¼. R2 .
v/r
gh = ¾ v2
v2
=
gh

v =
(terbukti)

hukum II dinamika rotasi
Σ F
= m . a
m g .
- ½ m . a = m . a



a =
. 


v2
= vo2 + 2 a s
v2
= 02 + 2.
. s


v2
=
gh

v =
(terbukti)

Menghitung Momen
Inersia/Kelembaman Benda-benda Homogen
Batang homogen (panjang 1, massa m, penampang A)
Momen kelembaman terhadap sumbu melalui ujung batang (O) tegak
lurus penampang batang.
![]() |
Massa jenis batang 

Kita ambil bagian kecil dx yang jaraknya x dari ujung O
massa bagian itu:
dm = r.dV
dm = r A dx
dm = 

dm = 

momen inersia batang :
I = 

I = 

I = 

I = 

I = 

I = 1/3
ml2
Momen kelembaman batang terhadap titik beratnya (z)
![]() |
maka: I = 

I = 

I = 

I = 

I = 1/3


I = 1/3


I = 1/12 m 12
Batang tipis (tanpa tebal) bentuk lingkaran (massa m)
Momen kelembamannya terhadap sumbu rotasi melalui pusat
lingkaran tegak lurus bidang lingkaran.
![]() |
Momen kelembaman terhadap garis tengah sebagai sumbu rotasi
![]() |
Keping (plat) berbentuk lingkaran (massa m)
Momen kelembaman terhadap sumbu rotasi melalui pusat
lingkaran tegak lurus keping.
![]() |
Momen kelembaman terhadap garis tengah sebagai sumbu rotasi
![]() |
Keping berbentuk segi empat
Keping tipis dengan panjang a dan lebar b, massa m sumbu x
sejajar a dan sumbu y sejajar b.
![]() |
Silinder pejal homogen

I = ½ mR2
Silinder berongga homogen

I = ½ m ( R12 + R22
)
Bola pejal homogen


|


![]() |
|||
![]() |
Contoh:


O
-1/4 l +3/4 l

I = ® dm =
. dx

I = =
I
=


I
=
.
.



I =
.
.



I =
.
.
.l 3



I = m .
.l 2

I =
m .l 2

2. Tentukan momen inersia bola pejal!

massa bola m
volume bola V = 4/3 p R3
massa keping = dm
volume keping = dV = pr2 dx



dm =
![]() |
dm = ¾ dx
d I = ½ r2 dm
![]() |
|||
![]() |
|||
= .
(R2 - x2) dx

I - 0 = 

I = 

I = 

I = 

I
=


I = 

I =
m.R2


massa = m
volume = V = p R2 l
massa selubung = dm
volume selubung = dv = 2 p r l dr

dm =
dV

dm =
dr

dm =
dr

d I = r2
dm
d I = r2 .
dr



I – 0 =

I =

I = 

I = ½ m R2
F. Katrol Tetap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar